Kemampuan Masyarakat Minangkabau dalam Beradaptasi dan Bertahan Hidup di Tanah Rantau
Selasa, 14 Desember 2021 16:54 WIB
Masyarakat Minangkabau dikenal sebagai etnis yang suka pergi merantau. Kemampuan beradaptasi memudahkan orang Minang diterima dan bertahan hidup di tanah rantau. Oleh karena itulah orang Minang banyak tersebar di berbagai daerah di Nusantara.
Istilah Minangkabau berasal dari dua kata yaitu minang dan kabau. Minang berarti sepotong besi runcing yang diikatkan, sedangkan kabau berartikan kerbau. Sehingga Minangkabau dapat diartikan sebagai sepotong besi runcing yang diikatkan pada hidung kerbau.
Minangkabau adalah salah satu kelompok etnis terbesar di Indonesia yang berada di salah satu dari lima pulau terbesar di Nusantara, yaitu Pulau Sumatera, tepatnya di Provinsi Sumatera Barat. Meskipun etnis Minangkabau ini terpusat di Sumatera Barat, hampir semua daerah di Indonesia terdapat orang-orang Minangkabau yang tinggal dan menetap disana. Sehingga mungkin tidak asing bagi kita ketika kita melihat selalu ada warung masakan padang di hampir semua kota di Indonesia. Kalian pasti tidak asing dengan warung masakan padang yang berinisial S bukan?.
Bukan rahasia umum lagi bahwa merantau adalah sesuatu yang melekat pada darah orang Minang. Tuntutan untuk merantau sudah ditanamkan pada orang-orang minang sejak dini. Hal ini tidak terlepas dari pepatah terkenal Minangkabau yang berbunyi 'Alam takambang jadi guru', dalam Bahasa Indonesia rtinya 'Alam terkembang menjadi guru'. Masyarakat Minang percaya mereka tidak seharusnya hanya berdiam diri di tanah kelahiran dan alam Minangkabau, melainkan menjelajah alam yang luas.
Tuntutan untuk merantau telah dibebankan pada orang-orang minang sejak zaman dahulu. Hal ini dilakukan agar orang-orang minang terdorong untuk meningkatkan kualitas dirinya dan kehidupannya. Di tanah rantau mereka harus belajar hidup mandiri, menghadapi kerasnya dunia. Mereka harus bersaing dan menyelesaikan tantangan serta permasalahan dalam rangka memperkaya wawasan, ilmu, pengalaman, dan mencapai kedewasaan.
Perantauan bukanlah hal yang mudah bagi kebanyakan orang, karena mereka dituntut untuk beradaptasi dengan orang-orang yang memiliki adat dan kebiasaan yang berbeda. Kegagalan dalam beradaptasi hanya akan mengancam mereka dalam bertahan hidup, sehingga dibutuhkan seni-seni dalam beradaptasi yang benar. Dan. orang Minang memiliki kemampuan yang baik dalam beradaptasi dan mempertahankan hidupnya. Jadi, tidak dapat dipungkiri orang Minang cukup ahli dalam urusan merantau.
Kemampuan beradaptasi itu tidak terlepas dari filosofi pepatah yang dipegang orang Minang, yakni 'dima bumi dipijak, disinan langik dijunjuang'. Maksud pepatah ini manusia harus beradaptasi sesuai dengan adat dan kebiasaan di tempat yang ia hidupi. Misalnya orang Minang yang merantau ke tanah Jawa mau tidak mau harus beradaptasi dengan adat dan kebiasaan-kebiasaan orang Jawa. Mereka tidak boleh memaksakan adat Minang di tanah rantau agar keharmonisan dan keserasian dapat terpelihara.
Masyarakat Minang percaya keberhasilan adaptasi merupakan kunci bertahan hidup di tanah rantau. Keberhasilan tersebut dapat memudahkan orang Minang untuk mengeskplor dirinya dan mempertahankan kehidupannya di tanah rantau. Orang minang berpikir bahwa kehadiran mereka sebagai orang asing bisa menjadi ancaman komunitas adat, karena ketidakcocokan antara adat Minang dan adat setempat. Hal itu dapat menciptakan masalah dan memperkeruh keadaan. Jadi, agar kehadiran orang Minang dapat diterima dengan baik oleh komunitas lokal dan dapat bertahan hidup, mereka harus sukses beradaptasi. Dengan meleburnya orang Minang dengan warga setempat, mereka dapat melakukan aktivitas-aktivitas produktif dan mencapai kesuksesan di tanah rantau.
Mungkin inilah yang menjadi alasan kenapa orang minang dapat tersebar, bertahan lama di berbagai daerah di Indonesia, dan membentuk tatanan sendiri di tanah rantau. Kesan positif yang diperlihatkan oleh orang-orang Minang telah membuka jalan yang lebar bagi mudahnya orang minang disenangi dan diterima di berbagai daerah. Sehingga tidak heran kita melihat begitu banyak orang minang yang tinggal di luar wilayah Sumatera Barat. Bahkan orang-orang Minang yang berada di tanah rantau yang sama berkomunikasi dengan baik antar sesamanya dan membentuk tatanan yang fleksibel.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Kemampuan Masyarakat Minangkabau dalam Beradaptasi dan Bertahan Hidup di Tanah Rantau
Selasa, 14 Desember 2021 16:54 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler